|
seorang anak kecil
bemata sayu pucat hampir bolong
bersandar terlongong
perut kosong penuh koreng
menahan lapar yang teramat sangat
di kursi terminal
seorang nyonya
dengan gincu merah dibibirnya
perhiasan emas di seluruh jari tangannya
menahan nafas
akan bau keringat
orang2 yang berdesakan
di sudut kursi terminal
pengemis tua
bersandarkelelahan
di kursi terminal
menunggu seseorang memberinya
recehan
meski lelaki berseragam itu
memaki, menendang, mengusirnya pergi
si anak berucap
"oh, betapa laparnya perutku."
si nyonya berkata
"oh, betapa baunya tempat ini."
dan si pengemis tua menangis
"oh, betapa malangnya menjadi orang kecil."
dan kursi terminal cuma membisu
tak sedikitpun peduli
bemata sayu pucat hampir bolong
bersandar terlongong
perut kosong penuh koreng
menahan lapar yang teramat sangat
di kursi terminal
seorang nyonya
dengan gincu merah dibibirnya
perhiasan emas di seluruh jari tangannya
menahan nafas
akan bau keringat
orang2 yang berdesakan
di sudut kursi terminal
pengemis tua
bersandarkelelahan
di kursi terminal
menunggu seseorang memberinya
recehan
meski lelaki berseragam itu
memaki, menendang, mengusirnya pergi
si anak berucap
"oh, betapa laparnya perutku."
si nyonya berkata
"oh, betapa baunya tempat ini."
dan si pengemis tua menangis
"oh, betapa malangnya menjadi orang kecil."
dan kursi terminal cuma membisu
tak sedikitpun peduli
